Thursday, March 29, 2007

Tentang Nama Blog Ini: Paralogy of Mind

Berangkat dari sebuah kegelisahan akan kecongkakan epistemologi modern yang memeta-metakan ilmu (episteme/logos) dalam konteks berpikir "rasional", "terukur", "dapat diuji", "bebas nilai (value free)", yang kemudian menghasilkan "terkungkungnya" nilai pada wilayah, yang oleh para akademisi sering disebut, ILMUAN ITU HARUS NETRAL dari segala tendensi, kepentingan-kepentingan, subjektivitas, untuk mencapai validitas temuan yang "objektif".
Ilmu, lantas diposisikan sebagai sebentuk "nilai" yang bebas dari setan-setan irasionalitas yang bisa berupa hati nurani, rasa cinta, sikap ideologis, kehendak untuk berkuasa (will to power). Sebab ilmu --yang juga kata salah seorang Dosen Pasca Sarjana ku pada saat kuliah-- itu merupakan wilayah yang tidak boleh dikaitkan dengan segala sesuatu yang bersifat ideologis, memihak. Tentunya, mengutip kata dosen ku yang sama dalam bukunya, tugas seorang ilmuwan adalah menjaga netralitas ilmu sebagai upaya memperoleh "kebenaran" yang benar-benar objektif, rasional, logis, bisa diterima semua pihak dengan "haqqul yaqin" di manapun ia berada.
Konon, ini aku baca dari buku yang lain, ilmu itu bersifat 'grand narative'; sebuah narasi agung yang secara otomatis bersifat universal. Artinya, bisa diterima oleh siapapun yang berjenis kelamin manusia, di mana pun, kapan pun, dan bagaimanapun "pasti" bisa diterima. Mengapa? Ya itu tadi. Ilmu kan bebas nilai alias tidak memihak, objektif alias tidak selingkuh dengan sikap subjektif, bisa dibuktikan karena segalanya serba terukur (pake meteran kali), menggunakan metode yang valid alias bukan ilmu dukun. apa yang terjadi? secara meyakinkan, ilmu tidak akan bersedih, menangis (apalagi sesenggukan) , menderita. ilmu juga tidak akan gembira, tertawa (apalagi terbahak-bahak). karena ilmu gak pernah melihat sesuatu dengan "perasaan". ilmu bisanya cuman "bekerja" untuk menemukan kebenaran yang katanya --lagi-lagi saya ulang-- universal itu. benarkah demikian? mungkin juga.
karena sifatnya yang sangat "congkak", bisa "mengukur" dunia dengan objektivitas-universal-nya itu, maka ilmu memang tidak "berperasaan" sehingga melahirkan manusia-manusia ilmuwan --yang sangat mungkin-- "tidak berperasaan". buktinya, temuan-temuan ilmuwan seperti teknologi tinggi yang katanya bisa "menyulap" dunia menjadi sebuah "kebudayaan" dan "peradaban" yang serba canggih, justru melahirkan kehancuran yang malah lebih canggih. manusia dengan mudah merekayasa dan menciptakan kekuatan adimanusia yang sanggup menghasilkan kekayaan dalam sekejap akan tetapi manghasilkan kemiskinan yang juga lebih dahsyat.
ilmu, memang mampu menemukan cara supercanggih dalam membina hubungan manusia global yang menyatu dalam --meminjam istilah Marshal Mc.Luhan sang Bapak Komunikasi-- global village; sebuah desa buana yang disebut Televisi, Internet alias computer mediated communication. tapi disisi lain, ia melupakan banyak orang miskin di dunia yang tidak sanggup untuk makan apalagi mencari teman di dunia maya.
Ilmu juga mampu menciptakan teknologi yang memberi kemudahan dalam berbagai hal, akan tetapi ia mengambil banyak wilayah kerja manusia yang justru membuat kita tidak lebih sebagai robot yang diperintah oleh mesin yang pada akhirnya menimbulkan banyak orang kehilangan pekerjaan. dan tentunya orang yang peling banyak diuntungkan hanya segelintir orang kaya yang semakin kaya dan yang miskin, tentunya, semakin tertindas. ironisnya, orang miskin dan tertindas itu jauh lebih banyak termasuk di indonesia kita tercinta.
bagaimana mengatasinya?
Melihat ilmu sebagai PARALOGY. apa artinya? paralogy --meminjam istilah tokoh Posmodern, Lyotard-- merupakan suatu bentuk atau logika (ilmu) yang coba melihat dunia dengan berbagai sudut pandang. karena, mengikuti Lyotard, grand-narative alias narasi agung tentang kebenaran universal ilmu (logos) sudah tidak cukup memadai untuk melihat (menemukan) kompleksitas nilai yang ada. Paralogy berupaya mengamini kearifan-kearifan lokal tanpa berupaya me-universal-kan segala sesuatu (ilmu) yang memang bersifat lokal....
Maaf karena capek n ngantuk coz saat nulis ini sudah jam setengah 4 pagi....sekalian sebagai apologi coz saya lagi kehabisan ide n kata2....sory ya. ntar kalo negenet lagi, aku coba memperbaikinya...hehehe....Salam Paralogy
Just paralogize your mind.....
ASTAR HADI

No comments:

Post a Comment